Bertemu Pengolahan Sagu Tuman




Sewaktu sekolah dasar, masih ingat betul ibu guru menjelaskan tentang makanan pokok orang di Indonesia timur.
Bukan beras seperti yang biasa saya makan, melainkan sagu.  Buat saya kecil, merasa takjub karena ada yang hari-harinya tidak makan nasi.  Pertanyaan yang keluar saat itu, apa kenyang hanya dengan makan sagu ? bentuk makanannya seperti apa ya ? tapi kayaknya enak sih, mungkin jadinya kaya pempek atau kue, pikir saya dulu. Hhiii

Lalu  bertumbuh dan bertambah pengetahuan, taulah saya dengan makanan bernama papeda.  Makanan yang buat saya sangat unik, bentuknya sama seperti lem yang saya buat sewaktu sekolah dasar untuk bikin tugas muatan lokal.  Disajikan dalam piring berkuah kuning dengan lauk ikan cakalang asar (asap).  dugaan-dugaan saya semasa kecil salah. 
ternyata sagu yang sering saya beli selama ini adalah tepung tapioca, yang karena kemiripan bentuk dan fungsi orang jadi menyamakan keduanya.  Padahal kedua jenis tepung ini berbeda bahan baku pembuatnya, tepung yang berasal dari kasbi atau singkong adalah sagu yang sering kita temui dipasar-pasar yaitu tepung tapioka.  Satu lagi, sagu dari sari pati pohon sagu tuman.  Pohon yang mirip dengan pohon kelapa, berserat dibagian luar dan lembut berair dibagian dalam.  Sagu kasbi berciri warna putih, sedangkan sagu tuman warganya sedikit pink.




Sagu sendiri sebenarnya jauh lebih sehat ketimbang beras yang banyak mengandung kadar gula.  Ya tapi memang, buat saya yang terbiasa makan nasi rasanya agak aneh ketika makan tapi tidak mengunyah. Hhhii.
Tapi setelah sedotan ketiga barulah saya bisa menemukan sensasinya.

Proses pembuatan sagu tuman terbilang sederhana, pohon sagu yang sudah ditebang dan dibelah menjadi dua kemudian dipukul-pukul atau dihancurkan bagian tengahnnya sambil dialiri air, disaring dan ditampung diwadah besar untuk mengendapkan sari pati sagu.  Tapi ditempat yang saya datangi ini, proses pengolahan sagu sudah menggunakan mesin.
Bapak Mahmud, pemilik industri kecil pengolahan sagu ini sudah puluhan tahun mengelola usahanya.
Ada cerita lucu waktu saya datang.  Pak Mahmud yang berasal dari manado dan merntau ke jailolo sempat tidak mau menemui saya bahkan mau ngusir lantaran dia pikir saya salah satu dari orang pemerintahan.  Ceritanya Pak Mahmud udah kesel sama orang-orang yang datang dan bilang mau ngajuin dana bantuan dari pemerintah tapi sampai bertahun-tahun kemudian gak ada yang datang bawa bantuan yang dijanjikan itu.  Sempat ada yang datang dengan tujuan serupa, gak ragu pak Mahmud langsung nolak. “saya sudah puluhan tahun disini, mengerjakan usaha ini sendiri.  Tanpa dibantu pemerintah kalianpun saya masih bisa berdiri sampai sekarang”



 Proses penggilingan batang sagu

Peyaringa setelah penggilingan


Sagu yang masih basah

Setelah mengendap air dibuang dan sagu dikeringkan.  Untuk sagu tuman kering, masa penyimpanannya cukup lama, bisa bertahan sampai satu tahun.

Selain papeda ada banyak sekali olahan makanan berbahan dasar sagu, salah satunya yang paling sering ditemui adalah sagu lempeng yang bentuknya sangat mirip dengan roti tawar tapi bertekstur sangat keras.  Sagu lempeng jadi bekal andalan para pelaut dijaman dulu karena makanan ini bertahan cukup lama. Dicelupkan kedalam the, kopi ataupun coklat panas, enak dinikmati untuk sarapan juga santai sore. 



Pembuatan sagu lempeng sangat sederhana. sagu yang sudah diayak kemudian dimasukkan kedalam Forno yang sudah dipanaskan diatas bara api.  Eits, bukan film forno loh ya.  Ini nama cetakan yang terbuat dari tanah liat.  Sagu akan terpanggang dan mengeras.  Kalau yang didalam cetakan itu, sagu sudah dicampur dengan gula merah.





Comments

Popular posts from this blog

Si hijau cantik dari Barat Halmahera

Sambal segar dari dompu, doco.